PEGADAIAN Championship 2025/26 kini resmi menggunakan VAR (Video Assistant Referee). Perlu ditegaskan, fungsi VAR sesungguhnya adalah jaring pengaman pertandingan.
Stadion Maguwuharjo, Senin 15 September 2025. Sejarah baru tercipta di Sleman. Pertama kali, Video Assistant Referee (VAR). Wasit menggunakan alat bantu rekaman video itu untuk memutuskan hadiah penalti untuk Persiba Balikpapan.
Gol tunggal tercipta pada menit ke-29 melalui titik putih. Wasit menunjuk penalti setelah bola mengenai tangan bek PSS, Jajang Mulyana, di dalam kotak terlarang. Keputusan itu diambil usai meninjau tayangan ulang lewat VAR.
Takumu Nishihara yang maju sebagai algojo menjalankan tugas dengan tenang. Sepakan terukurnya tak mampu dihalau kiper PSS dan mengubah skor menjadi 0- 1 untuk Persiba. Skor yang bertahan hingga akhir babak pertama.
Kini Indonesia boleh berbangga. Bersama Thailand kini menjadi negara ASEAN yang menggunakan teknologi VAR pada kompetisi kasta kedua. Di dunia, Indonesia bahkan menjadi negara kelima. Inggris, negara dengan kompetisi tertua di dunia, bahkan belum melakukannya. Hanya Kompetisi Serie B Italia yang sudah menjalankannya.
VAR lahir untuk meminimalisasi faktor kesalahan manusia, utamanya wasit, dalam sebuah pertandingan sepak bola. Dia menjadi penguat laws of the game yang diperkenalkan International Football Association Board (IFAB).
Diuji coba pada Juni 2016, VAR kemudian digunakan pertama kali setahun kemudian. Laga pertama yang menggunakan VAR adalah duel Melbourne City vs Adelaide United di Kompetisi A-League Australia. Tapi, intervensi pertama VAR muncul sehari setelahnya, dalam laga lain di Australia, Wellington Phoenix vs Sydney FC.
Ada empat jenis keputusan wasit yang bisa diintervensi melalui VAR; gol dan kemungkinan pelanggaran dalam prosesnya, pemberian tendangan penalti, pemberian kartu merah, dan kesalahan identitas pemberian kartu kuning atau merah.
Dalam perkembangannya, VAR terus mengalami kemajuan. Jika awalnya hanya jadi alat kontrol di ruangan petugas VAR, belakangan layar pun dipasang di pinggir lapangan. Ini dimaksudkan agar wasit tak hanya menerima laporan petugas VAR, melainkan juga bisa menyaksikan sendiri.
“Kadang-kadang, perbedaan bahasa bisa menghadirkan salah interpretasi. Itulah pentingnya kehadiran layar monitor di pinggir lapangan,” kata Pierluigi Collina, mantan wasit kesohor yang kini jadi Ketua Komite Wasit FIFA.
VAR sendiri dimaksudkan sebagai jaring pengaman dalam pertandingan sepak bola. Fungsinya sangat penting. Itulah betapa bermaknanya kehadiran layar monitor di pinggir lapangan.
Layar monitor membuat wasit bisa mengambil keputusan dengan tegas. Ini untuk menghindari kontroversi yang pernah menyeruak di Inggris.
Saat itu, sebelum layar monitor diperkenalkan, pelatih Tottenham Hotspur kala itu, Jose Mourinho, bersungut-sungut karena wasit mengabaikan penalti atas pelanggaran terhadap Harry Kane.
Padahal, pada malam yang sama, Bruno Fernandes, pemain Manchester United, mendapatkan hadiah penalti di kandang Aston Villa meski terlihat dia yang masuk ke kaki pemain lawan, Ezri Konsa.
Kehadiran VAR, sejatinya, menjadi lebih bermakna dalam kompetisi di negara-negara yang tingkat sportivitasnya masih rendah. Diakui atau tidak, Indonesia, termasuk salah satu di antaranya.
Jika kita menyaksikan pertandingan-pertandingan sepak bola di Indonesia, apapun kastanya, kemenangan adalah satu-satunya tujuan. Kadang-kadang muncul kecendurangan pengabaian terhadap regulasi.
Itu pula yang membuat kompetisi di Indonesia sejak lama kerap memunculkan persoalan di lapangan. Protes terhadap wasit yang berlebihan bahkan hingga pemukulan dan bahkan perkelahian di lapangan.
Dengan VAR, potensi-potensi munculnya keputusan ambigu yang potensial merusak sportivitas, bisa ditekan. Wasit akan memimpin dengan keputusan yang seadil-adilnya. Mereka sadar, keputusannya menjadi perhatian begitu banyak orang.
Keputusan wasit yang berkualitas dan bermartabat itulah yang diharapkan bisa muncul dari penggunaan VAR di Kompetisi Pegadaian Championship, setelah terbukti bisa memperbaiki kualitas pertandingan BRI Super League.
VAR pun sejatinya bukan kisah akhir. Sebab, akan muncul teknologi-teknologi baru sebagai alat bantu untuk menjaga pertandingan tetap berlangsung dalam payung sportivitas tinggi, berdasarkan laws of the game.
Setelah VAR, misalnya, kini dunia sepak bola juga sedang mengembangkan Football Video Support (FVS). Dia menjadi bagian dari pengembangan VAR dan sudah mulai diuji coba di Italia, di Kompetisi Serie C. FVS potensial menjadi jaring pengaman pertandingan yang lebih maju. Sebab, dia tak lagi menggunakan ruang VAR seperti biasanya. Tapi, ada sistem operator portable di pinggir lapangan yang bisa digunakan pelatih untuk “menentang”
keputusan wasit.
Dalam cara kerjanya, pelatih akan mendapatkan dua kartu –ungu untuk tuan rumah dan keemasan untuk tim tamu. Kartu inilah yang digunakan pelatih “menentang” keputusan wasit dengan meminta menyimak tayang ulang sebuah peristiwa.
Jika tim yakin wasit melakukan kesalahan, pelatihnya bisa menggunakan kartu itu dan memberikan kepada wasit cadangan. Wasitlah yang kemudian melakukan review peristiwa itu.
Pada dasarnya, FVS memberi kesempatan pelatih untuk meninjau ulang sebuah insiden yang terjadi dalam pertandingan, mempertanyakan apakah keputusan itu tepat atau tidak.
Siapa tahu juga nanti, jika FVS digunakan FIFA untuk menggantikan –atau mempertajam VAR, Indonesia juga terdepan menjalankan. Tak hanya di Kompetisi BRI Super League, melainkan juga Pegadaian Championship. (era)